Selasa, 19 November 2013

feature-jurnalistik. Pendakian Gunung Kencana

Hujan deras turun sejak pagi tadi, air jernih ini mulai merayap nyusup ke celah – celah dinding base camp  bilik bambu yang sudah tua dan lapuk, kemudian masuk menuju lubang –lubang menganga dari atap terpal yang telah lusuh dimakan usia dan meluncur turun dengan indah ke pendaratan terakhir, yaitu di kepala para pencinta alam yang sedang beristirahat didalamnya.
Setelah 3 jam menunggu, senja mulai datang. Kegelisahan dan rasa cemas terlihat jelas di wajah masing – masing pendaki, tetapi tidak demikian halnya dengan pak Wawan, sang ketua regu yang juga merangkap jabatan sebagai ketua umum Pecinta Gunung Jawa Barat / PGJB, senyum manisnya yang selalu tersungging menghiasi wajahnya dan pembawaannya yang tenang membawa enegi positif bagi seluruh peserta yang hendak mendaki gunung Kencana di Banten ini.
± 30 menit kemudian, pak Wawan meminta kepada seluruh pendaki untuk melakukan doa bersama, menurut agama dan kepercayaannya masing – masing dan di pimpin oleh mang Kabayan, ketua tim relawan yang juga memilki side job sebagai pengendali cuaca, alias “ pawang hujan “.
Gunung yang masih “ perawan “ di Banten Selatan ini tidak setinggi gunung Anak Krakatau, sehingga pendakian menuju puncaknya tidaklah terlalu berat, satu – satunya cara untuk menembus hutan ini adalah hanya dengan berjalan kaki, namun penuh dengan kesabaran ekstra dan hanya orang – orang yang memiliki stamina jasmani prima, selalu eling dan waspada yang dapat lolos dengan selamat pada ujian alam tersebut.
Malam telah datang. Pak Wawan meminta kepada para anggota yang bergabung dalam PGJB agar selau siaga dan waspada selama pendakian, karena berdasarkan pengalamannya terdahulu, untuk menuju ke kampung suku Badui Dalam di pedalaman Banten, masih banyak berkeliaran hewan buas, mulai dari ular, kucing hutan sampai harimau.
Keangkeran gunung yang diapit oleh desa Malingping dan Bayah ini sangat terkenal, selain hewan buas, berkeliaran jug babi ngepet dan siluman maong yang bisa di lihat dengan mata telanjang.
Tiba – tiba, kesunyian di dalam hutan yang mempunyai perubahan cuaca ekstrim di malam hari ini, pecah oleh suara senapan yang meletus, ternyata pak Wawan sedang membidik seekor babi hutan yang sedang mengamuk, menyeruduki para peserta pendaki dibarisan belakang tanpa ampun. Akhirnya babi hutan itu mati terkena peluru panas yang keluar dari mulut “ Si Hitam “ milik  pak Wawan.
Diluar dugaan, tiba – tiba datang seekor babi hutan yang ukuran tubuhnya sebesar anak sapi. Alangkah kagetnya kami semua, dengan sigap pak Wawan dan tim relawan yang telah terlatih dengan baik untuk pendakian ini, memberikan peringatan agar kami jangan melawan dan jangan lari, tetapi kami semua di minta segera berjongkok serempak.
Ajaib! 5 menit kemudian giant pig segera berlalu, pergi meninggalkan kami yang masih ketakutan menuju hutan dan akhirnya menghilang ditelan gelapnya malam.
Jam menunjukkan pukul 3.00 WIB, berarti sebentar lagi Subuh akan datang. Tetapi kami masih di dalam hutan, mencari jalan untuk menuju puncak gunung Kencana.
Putus asa sudah di depan mata, tetapi tidak demikian dengan Mang Kabayan, segera dia keluarkan seperangkat peta elektronik yang di bawanya dari Jakarta, setelah doa – doa mustajabnya tidak ampuh lagi.
Peta digital menunjukkan adanya jalan setapak tak jauh dari tempat kami bertemu dengan babi hutan raksasa semalam, tim relawan segera menyelidiki keabsahan alat elektronik tersebut dan ternyata memang benar ada.
Akhirnya kami sampai ditempat tujuan, yaitu desa dimana suku Badui Dalam ( penduduk asli Banten ) bertempat tinggal. Anehnya, selama dalam perjalanan, kami tidak menemukan jalan menuju puncak gunung Kencana, malahan langsung ke desa dan pada peta elektronik tersebut  tidak ditemukan lokasi gunung Kencana, tetapi menunjukkan adanya jejak kaki yang cukup jelas terlihat di tanah yang telah kami lalui.

Kemudian  “ Hei kalian!, tahun depan siapa yang mau ikut dengan saya taklukkan gunung Everest.” Teriak pak Wawan sambil melepas tawa, tanda puas dan mengelus – elus “ Si Hitam “ kesayangannya.

1 komentar: